Peta Zonasi Gempa 2010

Senin, 26 Juli 2010


Tulisan ini saya "copy" dari Blog Dongeng Geologi 
@ http://rovicky.wordpress.com

Berita cukup menggembirakan dengan munculnya peta Zonasi Gempa v 2010 yang kali ini masih dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan umum. Peta yang ditanda-tangani oleh Menteri PU ini merupakan peta yang merevisi peta lama edisi 2002.
Pada 2002, Indonesia sebenarnya telah memiliki standar bangunan dan infrastruktur tahan gempa disebut dengan SNI 03-1726-2002. Peta baru tersebut memperbaiki beberapa hal dari peta gempa yang lama yang digunakan dalam SNI 2002. Sebab, peta baru menggunakan prosedur baru. Yakni, membuat analisis probabilitas bahaya seismik yang digunakan oleh United States Geological Survey (USGS) atau Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat.
Peta ini memang bukan peta rawan bencana (gempa). Peta ini dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk kebutuhan building code atau perijinan serta peraturan untuk membangun bangunan baru, termasuk gedung, jembatan, bendungan serta konstruksi lainnya. Jadi perlu diketahui bahwa peta ini diperlukan untuk mengkaji strutur bangunan yang akan dibangun didaerah yang dipetakan. Sedangkan peta untuk kebutuhan kebencanaan harus diturunkan atau diproses dan dan dianalisa lanjut sesuai dengan mikrozonasi kerawanan gempa.
Yang diatas adalah ini peta zonasi gempa yg untuk perioda ulang 2475 tahun, sedangkan yang dibawah ini ini peta zonasi gempa yg untuk perioda ulang 475 tahun :

Periode ulang 475 tahun

Ini Bukan Peta Rawan Bencana
Secara tidak langsung kita dapat mengetahui bagaimana kerentanan goyangan gempa suatu daerah dari peta ini. Namun melihat skala serta tujuan pembuatannya, jelas kita masih memerlukan Peta Rawan Bencana dalam skala lebih detil lagi. Memang perlu dimengerti bahwa untuk masalah kebencanaan peta ini masih  perlu diolah lagi khususnya untuk keperluan mitigasi bencana. Misalnya kerentanan tanah terhadap goyangan (mudah longsor apa tidak), juga jumlah penduduk disekitar daerah “earthquake prone” (daerah paling mungkin tergoyang gempa), bagaimana konstruksi bangunan yang ada bila terkena goyangan dll.

Peta patahan.
Patahan memang merupakan data dasar untuk mengetahui kerawanan terhadap gempa. Perlu diingat bahwa gempa itu bermacam-macam genesa pembentukannya. Ada gempa dalam tektonik akibat tubrukan lempeng. Ada gempa dangkal akibat pergeseran patahan-patahan permukaan seperti gempa disepanjang Patahan Semangko Sumatra, Gempa Jogja akibat patahan Opak. Juga ada gempa akibat letusan gunung-api.
Salah satu kompenen dalam peta Rawan Bencana (gempa)  perlu ditambahkan komponen peta patahan aktif (dan nonaktif). Peta-peta patahan memang sudah banyak dipetakan. Namun tidak mudah mengenali patahan aktif dan patahan non-aktif. Patahan ini mirip gunung api, ada yang menyebutkan gunung api “doorman” (tidur) dimana bisa saja suatu saat aktif lagi. Mirip patahan Opak di Jogja yang sebelumnya tidak dikenali sebagai peta aktif namun tiba-tiba menggoyang dan memporak-porandakan kota Jogja. Para ahli kebumian (geosains) tidak mudah mengenali patahan ini yang tahu tiba-tiba bergerak lagi, walaupun sudah dicurigai. Tetapi tidak ada atau sangat minim sekali penelitian khusus mengenai keaktifan patahan-patahan ini.
http://rovicky.wordpress.com/2006/06/20/patahan-patahan-yg-membelah-pulau-jawa/

Beberapa patahan memang dikenali sebagai patahan aktif karena gerakannya termonitor dalam 50-100 tahun lalu dari gempa-gempa yang terrekam. Patahan yang pasti diketahui aktif misalnya Patahan Semangko (Sumatra), Patahan Palu Koro (Sulawesi), Patahan Sorong. Namun patahan-patahan besar lainnya di JAwa ini tidak secara pasti diketahui bahwa masih aktif. Misalnya Patahan Lembang, Patahan Grindulu (Pacitan) dll.
Dengan demikian masih diperlukan penelitian2 khusus mengenai keaktifan patahan-patahan yang diduga aktif ini.
Bahaya gempa tidak pernah sendiri. Kita tahu gempa menyebabkan retakan-retakan yang mungkin akan longsor akibat dipicu hujan. Tentunya menambahkan faktor kestabilan lereng serta curah hujan akan menambah peta rawan bencana ini semakin kompleks. Gempa juga memicu tsunami, tentunya peta bahayanya menjadi tidak sekedar bahaya goyangan gempa saja kan ?
Perlu diacungi jempol ke PU yang sudah mengupdate peta ini. Namun tentusaja kita tidak bisa berhenti disini utk melihat kerawanan gempanya.

Matur nuwun nggih Pak, postinganne apik-apik.

0 comments:

Waktu Shalat

Waktu Indonesia Barat

Blog's Stat

Pengikut