Tampilkan postingan dengan label General. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label General. Tampilkan semua postingan

ptexport - Lisp untuk AutoCAD

Kamis, 22 Juli 2010


Lisp ini berguna untuk mengkonversi koordinat titik-titik dari polyline (2DPolyline saja) dari file CAD (.DWG atau .DXF) kedalam file teks (.txt). Hasil dari konversi ini merupakan koordinat ruang yang dinyatakan dalam bentuk nilai X, Y, dan Z dari suatu titik. Sangat berguna dalam melakukan pengolahan data mengenai pemetaan (Topografi dan Bathymetri) serta pengolahan data turunannya. Misalnya untuk mendapatkan file .XYZ yang digunakan sebagai input data pada software SMS (Surface Water Modelling), dengan menggunakan lisp ini file .XYZ tersebut akan didapatkan secara mudah dan cepat. 

; ----------------------------------------------------------------------
;             (Export LWPOLYLINE Vertices & Points to File)
;            Copyright (C) 2000 DotSoft, All Rights Reserved
;                   Website: http://www.dotsoft.com
; ----------------------------------------------------------------------
; DISCLAIMER:  DotSoft Disclaims any and all liability for any damages
; arising out of the use or operation, or inability to use the software.
; FURTHERMORE, User agrees to hold DotSoft harmless from such claims.
; DotSoft makes no warranty, either expressed or implied, as to the
; fitness of this product for a particular purpose.  All materials are
; to be considered ‘as-is’, and use of this software should be
; considered as AT YOUR OWN RISK.
; ----------------------------------------------------------------------

(defun c:ptexport ()
  (setq sset (ssget '((-4 . "
                      (0 . "LWPOLYLINE")(-4 . "OR>"))))
  (if sset
    (progn
      (setq itm 0 num (sslength sset))
      (setq fn (getfiled "Point Export File" "" "txt" 1))
      (if (/= fn nil)
        (progn
          (setq fh (open fn "w"))
          (while (< itm num)
            (setq hnd (ssname sset itm))
            (setq ent (entget hnd))
            (setq obj (cdr (assoc 0 ent)))
            (cond
              ((= obj "POINT")
                (setq pnt (cdr (assoc 10 ent)))
                (princ (strcat (rtos (car pnt) 2 8) ","
                               (rtos (cadr pnt) 2 8) ","
                               (rtos (caddr pnt) 2 8)) fh)
                (princ "\n" fh)
              )
              ((= obj "LWPOLYLINE")
                (if (= (cdr (assoc 38 ent)) nil)
                  (setq elv 0.0)
                  (setq elv (cdr (assoc 38 ent)))
                )
                (foreach rec ent
                  (if (= (car rec) 10)
                    (progn
                      (setq pnt (cdr rec))
                      (princ (strcat (rtos (car pnt) 2 8) ","
                                     (rtos (cadr pnt) 2 8) ","
                                     (rtos elv 2 8)) fh)
                      (princ "\n" fh)
                    )
                  )
                )
              )
              (t nil)
            )
            (setq itm (1+ itm))
          )
          (close fh)
        )
      )
    )
  )
  (princ)
)

(princ "\nPoint Export loaded, type PNTEXPORT to run.")
(princ)

Peta Gempa Indonesia 2010

Jumat, 16 Juli 2010

Jakarta (ANTARA), 16 Juli 2010 - Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi terjadinya gempa bumi maka memerlukan persiapan dan penanganan bila kejadian alam itu terjadi.

Saat ini Indonesia telah memiliki peta bahaya gempa baru yang disusun oleh tim revisi peta gempa Indonesia dengan menggunakan pendekatan probabilitas di batuan dasar.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam paparan hasil kerja tim yang berlangsung di ruang rapat gedung Annex Bina Graha Jakarta, Jumat siang.


"Hasil peta ini akan diakomodasi dalam revisi SNI 03-1726-2002," kata Djoko Kirmanto.
Peta ini digunakan untuk memperkirakan besarnya beban gempa guna perencanaan infrastruktur tahan gempa. Setelah menjadi standar nasional, diharapkan semua infrastruktur yang akan dibangun mengacu pada peta tersebut sehingga mampu menahan gaya gempa yang mungkin terjadi.


Dengan demikian infrastruktur lebih aman serta korban jiwa dan kerugian materiil bisa diminimalkan dan juga bisa digunakan untuk membantu mendidik masyarakat memahami gaya gempa yang dihadapi.


Menteri PU mengatakan peta ini sangat membantu dalam menyiapkan ketahanan bangunan atas gempa di masa mendatang termasuk infrastruktur pengairan seperti bendungan.
Sementara itu ketua tim, Prof Masyhur Irsyam, mengatakan walaupun peta gempa ini dikembangkan berdasarkan data dan metodologi terkini, namun ke depan masih perlu disempurnakan secara berkelanjutan karena masih banyak penelitian yang perlu dilakukan.
"Perlu studi baru ini untuk mengurangi potensi bahaya gempa yang lebih besar karena mengingat peristiwa Aceh kekuatan gempa lebih besar dari yang diperhitungkan semula," katanya.


Indonesia pada 2002 telah memiliki standar bangunan dan infrastruktur tahan gempa disebut SNI 03-1726-2002.
Peta baru ini memperbaiki beberapa hal dari peta gempa yang lama yang digunakan dalam SNI 2002 karena menggunakan prosedur baru dalam membuat analisis probabilitas bahaya seismic yang digunakan oleh United States Geological Survey (USGS) atau Survei Geologi Amerika Serikat.


Peta analisis probabilitas bahaya seismic merupakan peta tentang nilai percepatan tanah maksimum di batuan dasar sebagai potensi bahaya getaran gempa pada suatu wilayah oleh sumber-sumber gempa di sekitarnya.


Dengan menghitung potensi percepatan tanah di batuan dasar, peta ini diharapkan bisa bermanfaat untuk keperluan perancangan bangunan tahan gempa, jembatan dan perencanaan wilayah.






























Konsep Keseimbangan

Kamis, 20 Agustus 2009

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” Adz Dzaariyaat : 49

Maha Suci Allah yang telah menciptakan alam semesta ini beserta isinya dengan segala keteraturan yang dijamin dalam hukum-hukum-Nya. Apabila kita membandingkan ayat di atas dengan Hukum III Newton, maka akan didapatkan suatu kesesuaian. Akibat aksi yang dilakukan maka akan timbul reaksi, dan reaksi ini memiliki besaran yang sama dengan aksi tersebut hanya arahnya saja yang berlawanan. Dari keterangan tersebut, maka akan didapatkan kenyataan bahwa dalam kondisi statis selama tidak ada gaya eksternal yang bekerja akan terjadi keseimbangan (keseimbangan statis). Apabila terdapat gaya eksternal yang bekerja, maka keseimbangan yang terjadi adalah keseimbangan dinamik.

Segala sesuatu di alam ini memang diciptakan berpasang-pasangan, aksi dan reaksi; siang dan malam bahkan materi dan anti materi !!! 

Dalam melakukan analisa dan perhitungan dalam Teknik Sipil, ayat tersebut menjadi salah satu kondisi batas (Boundary Condition) dalam menentukan solusinya. Kondisi Batas yang dimaksud adalah:
  • Keseimbangan.
  • Kompatibiltas.
  • Tegangan-regangan (sifat material).
    Konsep ini  terkadang dilupakan dalam setiap penyelesaian masalah perhitungan mekanika, bahkan untuk masalah yang sederhana sekalipun. Prinsip dasar ini benar-benar harus dijadikan acuan awal dalam pola pikir kita ketika hendak menyelesaikan perhitungan mekanika. 

    Labels

    Waktu Shalat

    Waktu Indonesia Barat

    Blog's Stat

    Pengikut